Disini akan membahas pengertian naat man'ut dan mudhof ilaih serta ketentuannya serta perbedaan antara keduanya. Strruktur kaliamat dalam bahasa arab itu sangat penting, sehingga harus diperhatikan susunannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya tentu membutuhkan sarana untuk berkomunikasi. Bahasa merupakan salah satu sarana yang dalam keseharian digunakan berkomunikasi sehingga terbentuklah suatu interaksi.
Dalam setiap bahasa tentunya mengandung beberapa struktur kalimat yang berbeda, akan tetapi makna dan tujuannya sama.
Dalam uraian berikut, akan dijelaskan tentang salah satu struktur kalimat bahasa arab yaitu na’at dan man’ut yang dalam bahasa Indonesia disebut kata sifat dan kata yang disifati.
I.2. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah dalam pembahasan na’at, diantaranya :
1. Apa pengertian Na’at man’ut?
2.bagaimana ketentuan naat man’ut?
3.apa pengertian mudhof mudhof ilaih?
4.bagaimana ketentuan susunan mudhof mudhof ilaih?
5. apa perbedaan susunan naat man’ut dan susunan mudhof mudhof ilaih?
BAB II
PEMBAHASAN
I.1. Definisi
Na’at adalah isim yang mengikuti kata sebelumnya yang fungsinya menyempurnakan kata yang diikutinya, baik kepada kata itu sendiri atau dengan kata yang dihubungkan dengan kata yang dina’atinya.Sedangkan man’ut kata yang disifati.
Contoh : جَاءَ زَيْدٌ العَاقِلُ
Na’at harus menyesuaikan dengan man’utnya dari segala aspeknya.
1.2Ketentuan-Ketentuan Na’at Man’ut:
1. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ta’yin (kejelasan) nya. Contoh: رَجَعَ طَالِبٌ مَاهِرٌ (Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) رَجَعَ الطَّالِبُ الْمَاهِرُ (Seorang mahasiswa yang pandai itu telah kembali)
2. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ‘adad (jumlah) nya. Contoh: رَجَعَ طَالِبٌ مَاهِرٌ (Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) رَجَعَ طَالِبَانِ مَاهِرَانِ (Dua orang mahasiswa yang pandai telah kembali) رَجَعَ طُلاَّبٌ مَاهِرُوْنَ (Para mahasiswa yang pandai telah kembali)
3. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi nau’ (jenis) nya. Contoh: رَجَعَ طَالِبٌ مَاهِرٌ (Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) رَجَعَ طَالِبَةٌ مَاهِرَةٌ (Seorang mahasiswi yang pandai telah kembali)
1.3 Definisi Susunan Mudhof Mudhof Ilaih
Pengertian Idhafah/Susunan Mudhaf dan Mudhof Ilaih adalah: Penisbatan secara Taqyidiyah (pembatasan) di antara dua lafazh yang mengakibatkan lafazh terakhir selalu di-jar-kan. Contoh: كتاب زيد
KITAABU ZAIDIN* = Kitab/Buku Zaid
• Lafazh KITAABU = Mudhof
• Lafazh ZAIDIN = Mudhaf Ilaih
• Dengan demikian terjadilah Taqyid/pembatasan sebab Idhafah yakni memudhofkan lafazh KITAABUN kepada lafazh ZAIDUN.
1.4 Ketentuan Dalam Susunan Mudhof Mudhof Ilaih
1.Wajib membuang Tanwin pada akhir kalimah isim yg menjadi Mudaf. apabila sebelum dijadikan Mudof ia mempunyai Tanwin.
2. I’rob Jar bagi Mudhaf Ilaih. Adapun amil Jar-nya adalah lafazh yg menjadi Mudhaf -demikian menurut Qoul yg shahih- alasannya: Lafazh Dhamir yg menjadi Mudhaf Ilaih dapat bersambung langsung dengan lafazh yg menjadi Mudhaf, yang mana dhamir tsb tidak akan bersambung kecuali kepada Amilnya
3. Wajib menyimpan Huruf Jar Asli yg ditempatkan antara Mudhaf dan Mudhaf Ilaih. Untuk memperjelas hubungan pertalian makna antara Mudaf dan Mudhaf Ilaeh-nya. Huruf-huruf simpanan tersebut berupa MIN, FIY dan LAM.
1.5 Perbedaan Antara Susunan Mudhof Udhof Ilaih
-Na'at adalah lafadz/kata yang menunjukkan sifat pada isim sebelumnya, maka isim yang disifati tersebut dinamakan Man'ut
contoh: ﺠﺍﺀ ﺰﯾﺫٌ ﻜﺭﯾﻢٌ datang zaid yg mulia zaid adalah man'ut mulia adalah na'at karena posisi zaid adalah fail (pelaku) maka zaid berstatus rafa' maka na'atnya (mulia) juga rafa'.
- Mudhaf wa Mudhaf Ilaih, adalah: Rangkaian dua Isim atau lebih, satu kata di depannya dalam keadaan Nakriah (tapi tanpa tanwin) dinamakan Mudhaf sedang kata yang paling belakang adalah Ma’rifah dinamakan Mudhaf Ilaih.
Mudhof artinya yang disandarkan/digabungkan, sedangkan mudhof ilaih artinya yang terkena sandaran/tempat sandaran.
Contoh:
بَيْتُ زَيْدٍ
مِفْتَاحُ بَيْتِ الْمُدَرِّسِ
BAB III
KESIMPULAN
Rangkaian dua Isim atau lebih, satu kata di depannya dalam keadaan Nakriah (tapi tanpa tanwin) dinamakan Mudhaf sedang kata yang paling belakang adalah Ma’rifah dinamakan Mudhaf Ilaih.
Mudhof artinya yang disandarkan/digabungkan, sedangkan mudhof ilaih artinya yang terkena sandaran/tempat sandaran.Idhofah merupakan penyandaran isim kepada isim lainnya yang terdiri dari mudhof wa mudhof ilaih. Isim pertama disebut mudhof, sedangkan isim kedua disebut mudhof ilaih. Mudhof tidak berawal dengan alif lam, sedangkan mudhof ilaih berawalan alif lam dan selalu di jarkan atau tidak berawalan alif lam tetapi berharokat tanwin.
Mudhof dibagi menjadi dua, yaitu mudhof ma’nawiyah dan mudhof lafazziyah. Mudhof ma’nawiyah merupakan idhofah yang memberikan faedah mema’rifatkan mudhof wa mudhof bukan merupakan isim sifat. Sedangkan idhofah lafazziyah yaitu idhofah yang mudhofnya berupa isim sifat, dan tidak ada perubahan makna/tidak mema’rifatkan mudhof, hanya lafaznya saja yang di idhofkan agar memudahkan bacanya.
PENUTUP
Bahasa Arab adalah bahasa Agama Islam dan bahasa Al-Qur’an, seseorang tidak akan dapat memahami kitab dan sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat (dari penyelewengan) kecuali dengan bahasa Arab. Menyepelekan dan menggampangkan Bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh) terhadap permasalahan agama.
Yang disayangkan di zaman sekarang ini, bahasa Arab tersisihkan oleh bahasa-bahasa lain, sehingga keadaan kaum muslimin dinegeri ini jauh dari tuntunan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Maka kaum muslimin mempunyai andil dan peran dalam memasyarakatkan serta menyadarkan segenap lapisan masyarakat akan pentingya bahasa Al Qur’an ini, dengan segala kemampuan yang dimiliki, semoga Allah menolong kaum muslimin dan mengembalikan mereka kepada ajaran Rasul-Nya yang shohih. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Ta’ala. Segala puji hanyalah bagi Allah Tuhan semesta alam.
DAFTAR PUSTAKA